Skip to main content

Ranked Madonna Albums From Worst to Best

 


Madonna adalah bisa dibilang petinggi pop yang masih konsisten sampai sekarang melintasi 5 dekade dengan masih aktif berperan dalam dunia musik, kita bisa dengar si Queen Of Pop ini di lagu milik The Weeknd "Popular". Ia telah mengubah lanskap arus musik saat ini. Madonna mampu memprediksi cara angin budaya dan merubah cara budaya pop saat ini. Dia membuat keanehan, kontroversi dan menjadi lanskap Pop Icon zaman sekarang. Ia dengan percaya diri merilis musik-musik yang mungkin terdengar aneh didengar pertama kali tetapi di masa depan itu menjadi formula musik pop di pasar mainstream. Semua yang dia lakukan memang tidak selalu sempurna dan juga meracik beberapa formula musik yang pernah ada. Tetapi nama "Queen Of Pop" bukan hanya sebagai tempelan bahwa dia menjadi musisi wanita pop tersukses sepanjang masa, tetapi menjadi simbol penting dalam budaya pop itu sendiri. Sejumlah langkah artistik nan kontroversi melampaui pada zamannya. Kita bisa lihat nama-nama besar yang melekat pada formulanya seperti; Lady Gaga dan Britney Spears. Dalam tulisan ini memilih album Madonna yang terburuk dan terbaik adalah tantangan. Mari kita selami lebih dalam diskografinya dan memeringkat album ini dari yang terburuk dulu dan yang paling terbaik dari sang Queen satu ini.


16. I'm Breathless (1990)


Mungkin ini adalah album terburuk yang berisi single terbaik dari seorang musisi. Jika ada musisi dengan katalog besar yang berhasil mencapai prestasi yang tidak mungkin itu, itu adalah Madonna. "Vogue", sebagai lagu yang terasa megah di lantai dansa. Menjadi ikon penghormatan dalam budaya ballroom New York dan keglamoran Hollywood pada era jadul, muncul di album ini, sebagai album pendamping untuk perannya dalam Dick Tracy karya Warren Beatty. Dengan menghadirkan musik Jazz swingin 30-an, I'm Breathless hampir tidak dapat didengarkan selain single "Vogue" di akhir album. Album ini pada dasarnya adalah seperti musik populer Madonna pada zaman tahun 40'an. Materi musiknya terlalu cartoonish dan tidak cocok dalam arah gaya musik Madonna. Eksperimental? Bisa terasa. Menarik? Hanya "Vogue" yang paling terbaik disini. Album ini sayangnya menjadi momen Madonna paling cringe, untung saja tertolong dengan single ikoniknya.

Highlight Track : Vogue

15. MDNA (2012)


Judul album MDNA merujuk pada nama singkatannya. Dengan cerdik mengikat nama sebuah narkoba yang identik dengan budaya rave. Sayangnya, musik di MDNA bukanlah gambaran seperti namanya. Single "Give Me All Your Luvin" yang berkolaborasi dengan Nicki Minaj dan M.I.A adalah hit top 10 terakhir dari dia di chart US Billboard. Namun, jika lagu itu kita ingat sesekali, lagu itu hanya dikenang karena penampilannya pada Super Half Time Super Bowl-nya, dan kontroversi yang mulai membonsankan, seperti M.I.A mengangkat jari tengahnya selama pertunjukkan. Kolaborator lamanya William Orbit dan serangkaian produser hit maker mencoba mengembalikan Madonna di awal dekade 2010'an pada waktu itu dengan vibes ala Eurodancenya. Tetapi penuh dengan perkembangan yang kurang dengan vokal yang kosong dan memble. Mungkin kita bisa suka dengan beberapa trek di album ini secara random, tetapi ini terasa terlalu korporat memenuhi standar musik mainstream.

Highlight Track : Turn Up The Radio, Give me All Your Luvin


14. Hard Candy (2008)


Produser hit maker seperti Timbaland dan Pharrel Williams benar-benar mengubah lanskap sound R&B hip-hop pada masa pergantian zaman millenium. Pada tahun 2008, keduanya telah melakukan sebagian besar pekerjaan terbaik mereka dan berada dalam kebiasaan kreatif mereka dengan musisi yang bekerja sama dengannya. Tapi bagaimana mereka berdua bersama Madonna? Di album ini Madonna terasa seperti dia hanya menunggangi kolaboratornya. Terdengar catchy dan fun untuk didengarkan, tetapi hanyalah sekumpulan musik seperti Nelly Furtado, Justin Timberlake dan Timbaland hanya saja ada vokal Madonna disini dengan suara Rat Voice-nya yang terdengar mulai cringe. Alhasil hanya beberapa trek yang berhasil seperti "4 Minutes" dan "Miles Away" yang menampilkan sisi khas Madonna.

Highlight Track : 4Minutes, Miles Away

13. Madame X (2019)


Para kolaborator terbaru Madonna disini berisi South Coast Rapper seperti Quavo dan Swae Lee dan bintang pop latin seperti Maluma dan Anitta. Namun, disayangkan Madame X terasa seperti sekuel dari salah satu albumnya American Life. Dengan banyak lagunya bermateri komentar sosialnya yang dinyanyikan dengan vocoder autotune dengan produksi Mirwais. Memang ini adalah album yang ambisius dengan trek terbaiknya "God Control" tetapi sayangnya terasa belang-belang materi yang dibawakan oleh sang Queen.

Highlight Track : God Control, I Rise

12. Evita (1996)


Adaptasi layar lebar Alan Parker dari film musikal Tim Rice dan Andrew Lloyd Weber tahun 1978 tentang Eva Peron adalah tantangan terbesar yang pernah dilakukan Madonna sebagai aktris dan penyanyi. Penampilan Madonna memenangkan Golden Globe pada lagu "You Must Love Me" dan juga memenangkan Oscar dan film ini sukses di box office. Namun Evita terasa seperti catatan kecil dalam warisan Madonna dengan "Don't Cry For Me Argentina". Suara Madonna anggun dalam konteks ini, tetapi hambar dan selembut mungkin terasa tipis dan terbatas dalam jangkauan peran dan musik yang menuntut kemampuannya bernyanyi.

Highlight Track : Don't Cry For Me Argentina, You Must Love Me

11. Rebel Heart (2015)


Rebel Heart tetap memiliki kekurangan yang sama seperti kebanyakan album Madonna dalam dekade 2010'an, termasuk upaya paksa untuk menjadi provokatif, dan tamu selebritinya yang hadir. Tetapi album ini dibungkus dalam paket yang lebih menarik dengan lagu clubby yang bombastis. Album ini menunjukkan vulgaritas dan ambisinya bersama di era pertengahan 2010'an dengan agak lebih megah daripada sebelumnya.

Highlight Track : Living for Love, Ghosttown, Bitch I'm Madonna

10. American Life (2003)


Album yang dirilis setelah 9/11 adalah rekaman materi politik yang paling eksplisit dalam karirnya, seorang selebriti terkenal di dunia mengambil langkah mundur dan memikirkan kembali hubungannya dengan ketenaran dan impian Amerika. Lagu utama dan single utamanya "American Life" dikritik untuk bait rap Madonna yang maksa, dan pada saat itu anehnya albumnya laris. Madonna dan produsernya Mirwais Ahmadzai memperluas sound albumnya dengan sebelumnya yang jauh lebih sukses di album Music, menggabungkan gitar akustik dengan sound electroclash dengan cara baru "Intervention" dan "Love Profusion". Lagu yang menjadi theme song film James Bond yang diremehkan ini terdengar lebih baik dalam konteks albumnya. Sebuah eksperimen gelap dan aneh yang sengaja dijual besar-besaran dengan beberapa trek yang hanya beberapa saja yang berhasil dan tidak menyangkut materi pada album ini.

Highlight Track : Love Profusion, Die Another Day, Hollywood

9. Like A Virgin (1984)


Untuk album keduanya, Madonna berputar menjauh dari ketegangan clubbier dari debutnya dan berangkat untuk memberikan jari tengah pada label utamanya "Warner Bros Records" (dia berada di label naungannya Sire Records) karena didominasi musisi pria dan diperlakukan seperti gadis kecil seksi disini. Ia bahkan dapat mengubah pandangan manajemen rekaman yang dia naunginya, sungguh gebrakan yang jarang dilakukan pada musik pop pada saat itu. Bertekad untuk melalukan hal-hal dengan caranya, dia meminta Nile Rodgers untuk memproduksi salah satu lagu ikon pop "Like A Virgin" dan mengundang Stephen Bray mantan rekan satu bandnya di band new wave "The Breakfast Club" untuk berkolaborasi dengannya. Dari sini, dia mulai mengejar suara dan citra yang lebih provoaktif yang memainkan konotasi religius namanya. "Material Girl" menggambarkan sindiran sterotip seputar wanita yang digambarkan materialistis. Lagu "Like A Virgin" juga menyindir perempuan yang mengaku perawan demi menarik perhatian pria yang disukainya. Ini adalah suatu mahakarya yang baru pada jamannya.

Highlight Track : Like A Virgin, Material Girl, Burning Up, Angel

8. Music (2000)


Pada pergantian Millenium, Madonna telah benar-benar memaku seni perubahan musik, setelah berubah dari kesan rosario Like A Prayer yang berkilau lalu ke musik mistis yang diajak ke alam semesta yang berbeda di Ray Of Light lalu Music menjadi pertanda musik yang penting pada awal sampai seluruh dekade 2000'an. Meskipun Madonna, pada saat itu berusia 42 tahun, kadang-kadang ia memberi penghormatan kepada penerus berikutnya saat mempromosikan album ini. Lagu yang berjudul sama dengan albumnya adalah rekaman pembuka yang paling aneh pada saat itu dan mendorong batas kreativitasnya. Kolaborator pertamanya di generasi 2000'an, Mirwais Ahmadzai menghasilkan semua sound yang berbeda dan menonjol pada album ini dan terasa kreatif dan futuristik dari seluruh diskografi Madonna. "Don't Tell Me" adalah tabrakan inovatif musik country dan elektronik yang menjadi top hit 10 dari Madonna. Disini Madonna juga bersatu kembali dengan William Orbit tetapi di ekspansi lebih jauh secara komersial berbarengan dengan Mirwais. Ini adalah rekaman dance pop pertama dari sang Queen of Pop.

Highlight Track : Music, Don't Tell Me, Runaway Lover, What It Feels Like for a Girl

7. True Blue (1986)


True Blue mencapai keseimbangan yang sempurna antara rasa pop manis yang tak tertahankan, dan menangkap serangkaian artistiknya yang lebih beragam. Tema ballad yang kuat dan dingin di lagu "Live To Tell", yang mengartikulasikan ketakutan untuk membawa beban penipuan orang lain sepanjang hidup, dan meskipun itu adalah pilihan yang sangat berani sebagai single utama, risikonya terbayar. Bila di dua album sebelumnya Madonna dan Like A Virgin memiliki vokal nada yang tinggi dan timbre yang terasa, True Blue membuka lebih banyak nada yang soft dan kedalaman emosional yang lebih terasa. Emosional ini terasa pada lagu "Papa Don't Preach" yang dinyanyikan dari sudut pandang seorang remaja hamil yang menolak untuk melakukan aborsi. Lagu pertamanya yang mengambil materi pelajaran sosial secara terang-terangan dengan vokal Madonna sarat dengan tekad. Vokal lembut yang terasa hanyut di lagu hitsnya "La Isla Bonita" (pernah diremake oleh Elvy Sukaesih). Di sisi lain "White Heat" dengan musik slap-bass dan mengambil kutipan terkenal milik Clint Eastwood dari Sudden Impact. Lalu "Open Your Heart" yang catchy menjadikan nya titik perkembangannya sebagai Queen Of Pop.

Highlight Track : Live to Tell, Papa Don't Preach, True Blue

6. Bedtime Stories (1994)


Setelah Erotica, bukunya Sex, dan wawancara umpatannya dengan David Letterman, konsensus media pada tahun 1994 adalah bahwa Madonna telah melangkah terlalu jauh sebagai provokator. Tanggapan resmi Madonna pada lagu yang konfrontatif "Human Nature" adalah sederhana. Ia seakan berkata "Aku tidak menyesal". Bedtime Stories mengambil formula musik romansa R&B yang lembut, dan pengaruh trip-hop ala bjork dan Massive Attack. Bedtime Stories menunjukkan sisi berbeda dari Madonna walaupun sangat terasa influence nya kepada Janet Jackson, Toni Braxton dan Brandy. Lagu penutup album ini "Take A Bow" dengan musik orkestra yang berkilau yang diproduseri oleh Babyface adalah penutup album yang sempurna. Madonna memakai formula Contemporary R&B bukan untuk terdengar trendi dan awet muda pada jaman itu, tetapi sebagai kendaraan untuk menyanyikan lagu-lagu midtempo yang lebih halus nan menggoda, sebagai jalan yang efektif dalam karirnya.

Highlight Track : Secret, Human Nature, Bedtime Story, Take A Bow

5. Madonna (1983)


Album self-titled ini berisi semua ciri khas synth-pop 80an, tetapi masih terdengar futuristik dalam prosesnya. Seperti lagu milik Carly Rae Jepsen "Cut The Feeling" seperti berhutang budi pada kilauan trek milik Madonna "Lucky Star". Sementara "Borderline" masih terasa hal paling segar dan dimainkan di musim-musim liburan saat ini. Berkaitan dengan liburan, Lagu "Holiday" mungkin menjadikan lagu Madonna paling sederhana tetapi juga efektif sebagai single dalam sepanjang karirnya. Ada hal yang menarik dan menjadi ikonik pada awal debut Madonna. Mungkin tampak aneh sekarang untuk menyarankan bahwa superstar yang identik dengan MTV mungkin awalnya dipasarkan sebagai suara anonim yang ambigu secara rasial. Ketika Sire Records merilis single debut Madonna "Everybody" tanpa fotonya dan DJ terus memainkan musiknya tanpa harus tahu seperti apa penampilannya. Dan banyak yang terkejut saat diketahui dia bukan wanita kulit hitam tetapi wanita blonde kulit putih. Madonna dan pacarnya "Jellybean" Benitez dulu hanyalah beberapa anak klub berusia 24 tahun ketika menyusun album yang penuh dengan hit seperti "Holiday" dan "Lucky Star" yang perlahan-lahan dan mulus akan naik, akhirya terjual 5 juta kopi dan menjadikan ikon.

Highlight Track : Borderline, Holiday, Lucky Star, Physical Attraction

4. Confessions On a Dance Floor (2005)


Banyak album Madonna dengan pengaruh musik yang berbeda-beda. Madonna jarang menghindar dari memadukan berbagai genre dan pengaruh ke dalam satu album, tetapi tidak seperti album-album sebelumnya, Confessions On a Dance Floor memperoleh sebagian besar kekuatannya dari singularitasnya. Album ini membawa cerita melintasi beat dan arah musik yang terus berkembang yang menjadi narasi pada album ini. "Hung Up" adalah salah satu lagu terbaik sepanjang 2000an dan sepanjang masa. Ternyata fakta uniknya, ABBA cukup pilih-pilih dalam memberikan izin sampel lagunya selain Fugees, beberapa artis lain yang berhasil meyakinkan mereka, dan Madonna harus menulis surat pribadi untuk meraih kesepakatan itu. Dewa Dewi grup pop memberikan lampu hijau untuk Madonna. Hasilnya adalah salah satu lagu dance pop terbaik yang pernah ada. Saat hook musik diawal lagu kita langsung dikenalinya dan terus tumbuh dalam ingatan generasi pasca millenium. Ini adalah album yang diproduksi Stuart Price dan konsep album itu sudah dipinjam beberapa musisi kedepannya seperti album Beyonce dengan REINAISSANCE-nya, Dua Lipa dengan Future Nostalgia-nya hingga Lady Gaga dengan Chromatica-nya.

Highlight Track : Hung Up, Get Together, Sorry, Isaac, Jump

3. Erotica (1992)


Mengingat kesuksesan yang menduduki puncak chart dengan lagu ikon music housenya "Vogue" dan ikon lagu seksualitas miliknya "Justify My Love", Madonna mendorong harapannya pada Erotica menjadi hit. Setelah sang Queen merilis bukunya berjudul "SEX", yang berisi foto telanjang miliknya dan kolaboratornya mensimulasikan BDSM (aww hmmm...) dan... hmm dia akhirnya diserang oleh berbagai media karena memproduksi pornografi hardcore yang merusak moral. Meskipun terdengar seperti rekaman tentang nafsu tanpa ikatan, album ini lebih terdengar mencari ikatan cinta di dalamnya. Dengan mengedepankan visi eksplorasi seksual yang sering terasa dingin, terpisah, dan gelisah, Madonna dengan sempurna menangkap keterputusan emosional dalam mencari keintiman yang tiba-tiba menjadi mematikan. Erotica adalah rekor klasik dari periode puncaknya dan menjadi landasan musik deep house ke masa-masa saat ini.

Highlight Track : Erotica, Deeper and Deeper, Bad Girl, Words, Rain

2. Like A Prayer (1989)


Jika True Blue adalah pernyataan Madonna yang membuatnya menjadi superstar, Like A Prayer mengukuhkannya sebagai ikon lintas generasi. Dengan mudah menjadi ikon pop wanita paling dikenal di era 80an, dia mengakhiri dekade ini dengan luar biasa dengan penampilannya yang memukai dalam rekaman ini. Materi penulisannya dari album sebelumnya ada kesenjangan yang cukup jauh. Penulisannya lebih dewasa, tetapi juga lebih penuh perasaan dan tak tergoyahkan daripada sebelumnya. Trek pembuka album ini menjadi salah satu opening track terbaik sepanjang masa. "Like A Prayer" bukan hanyalah sebuah lagu, ini adalah fenomena budaya yang memicu kontroversi, memicu perdebatan, dan mendorong batas-batasan aturan artistik. Perpaduan elemen pop, rock, soul menciptakan sound yang menggetarkan telingamu dan ini blend dengan beberapa trek di albumnya. Dia mengambil lebih banyak peluang dalam lirik dan musiknya. Balada menyetuh seperti "Promise to Try" dan "Oh Father" masing-masing bergulat dengan kematian ibunya dan tokoh otoritas pria yang diambil dari sudut pandang ayahnya yang mendominasi. Vokal di kedua trek itu dipenuhi dengan kecemasan, menunjukkan keberanian jauh lebih dalam daripada dua album sebelumnya. Chemistry yang sangat match dengan Prince sebagai pangeran musik pop pada lagu "Love Song" adalah harapan pendengar agar mereka dapat membuat rekaman penuh di masa yang akan datang, walaupun sang pangeran pop telah pergi. "Till Death Do Us Part" yang layak menjadi single seperti lagu bertema perpisahan pada dua album sebelumnya "Jimmy Jimmy" dari True Blue dan "Angel" pada Like A Virgin. Terlepas dari lagunya yang terasa manis, sebenarnya lagu ini sangat menyedihkan. Emosi di Like A Prayer tidak semuanya adalah masalah. "Dear Jessie" terlibat dalam jangkauan arah musik seperti era Beatles di era Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band dan tune ala dari kartun Disney yang sangat terasa. Lagu ini seperti mengingatkan kita pada lagu pengantar tidur yang dinyanyikan oleh ibu kita. Like A Prayer adalah pintu untuk eksperimen yang meningkat dan mengantarkan babak baru bagi Madonna.

Highlight Track : Like A Prayer, Express Yourself, Cherish, Dear Jessie, Till Death Do Us Part

1. Ray of Light (1998)


Ray of Light membangun kembali Madonna sebagai musisi yang mempunyai terobosan, berkat kualitas albumnya dan waktu munculnya album ini. Lagu synth pop Boy/Girl Band di era 90an pada saat itu, Madonna hadir seakan memerintahkan dan memberitahu mereka pada genre apa yang disebut Pop itu lebih luas. Ray of Light menawarkan sound yang lebih inovatif, dengan banyak yang memuji album ini karena membawa electronica kedalam arus yang lebih dalam. Memanfaatkan pelajaran vokalnya dari Evita, Madonna menawarkan vokal terkuat dan jangkauan yang lebih luas disini. Racikan formula eksperimennya dengan William Orbit, menangkap audiens yang lebih besar daripada album sebelumnya, menandai kepergian terakhirnya genre Teen Pop pada waktu itu seperti Ibu yang menyuruh para seleb pop untuk mundur. Album menghasilkan kelas master dalam keahlian yang cermat. Energi introspektif yang merenung, seperti "Swim" dan "Nothing Really Matters", produksi yang tenang membantu mengungkapkan dimensi yang berbeda pada penyampaian vokal Madonna yang lebih dalam. Tapi kehanyutan itu bukan berarti tentang kedalam spiritual dirinya tetapi ada kegembiraan disini. Lagu yang berjudul sama dengan albumnya memberi landasan yang seperti meluncur dengan bebas, berdenyut dan tak tertahankan di kuping pendengar. Album ini juga memberikan era baru dalam soal balada yang lebih sinematik. Itu dia tampilkan dalam lagu "Frozen" yang menjadi instant hit dan dikenang sebagai salah satu kontribusi terbesar di industri musik. Album ini adalah bentuk dari kumpulan lintas 80an dan 90an yang menjadikannya lebih kohesif jauh dari yang kita bayangkan. Para personel yang mengerjakan album ini seperti William Orbit (Kolaborator utama), Patrick Leonard dan Rick Nowels (Produser andalan Lana Del Rey) bersama-sama membuat keajaiban dari sang Queen of Pop. Eksperimental dan kohesif adalah kunci utama, membuktikan bahwa musik pop bisa menjadi seni.

Highlight Track : Drowned World/Subtitute For Love, Ray of Light, Swim, Skin, Frozen, Nothing Really Matters, Frozen

 


Comments

Popular posts from this blog

10 Lagu Balas Dendam paling Ikonik

  Lagu-lagu tentang belas dendam kebanyakan memanfaatkan emosi yang mentah tanpa diolah dan meledak begitu saja. Hal ini berkaitan erat tentang pengkhianatan, kemarahan, dan keinginan akan keadilan, dan menciptakan narasi kuat yang beresonansi dengan pendengar. Baik itu mengatasi patah hati, menghadapi penipuan, atau merebut kembali kekuatan pribadi, lagu-lagu ini mengeksplorasi kompleksitas balas dendam dengan cara yang dapat dihubungkan dan katarsis. Melalui berbagai genre, artis menggunakan tema balas dendam untuk menceritakan kisah pemberdayaan, ketahanan, dan transformasi. Menawarkan pendengar cara untuk menyalurkan pengalaman mereka sendiri dan menemukan kekuatan itu dalam musik. Berikut daftar 10 lagu tentang balas dendam yang aku pikir ikonik. Perlu diingat ini hanyalah konten list, jangan ke-trigger yah. 10. "Bad Blood" dari Taylor Swift ft Kendrick Lamar Ini adalah salah satu lagu pop tentang pengkhianatan dan keinginan untuk membalas dendam di abad ini. Dirilis pad...

Ranked Billie Eilish Albums from Worst to Best

  Billie Eilish telah mengukuhkan dirinya dalam budaya pop berkat bakatnya yang luar biasa dan kemampuannya untuk terhubung dengan khalayak melalui musiknya yang unik dalam industri pop. Ia pun berhasil masuk dalam 100 album terbaik di beberapa artikel kritikus musik, termasuk daftar terbaik dari Apple Music. Sebuah prestasi yang luar biasa dalam industri musik untuk artis yang masih muda. Album debutnya When We All Fall Asleep, Where Do We Go? adalah salah satu album ikonik dalam industri musik di era Gen-Z. Ia menciptakan pop yang melankolis, keterbukaan tentang masalah mental, dan menciptakan trendsetter remaja yang unik. Billie langsung menjadi primadona dalam ajang Grammy pada waktu itu. Semua kategori utama adalah namanya. Jelas, tidak diragukan lagi bahwa ia adalah salah satu bintang terbesar pada abad ini. Seluruh diskografinya layak untuk didengarkan. Tentu butuh beberapa waktu kita untuk menentukan peringkat karena semua diskografinya begitu essensial. So here the li...